Rahim Pengganti

Bab 187 "Keindahannya"



Bab 187 "Keindahannya"

0Bab 187 "Keindahannya"     
0

Tiga bulan kemudian.     

Tidak ada hal yang diinginkan selain sebuah kebahagiaan yang begitu dalam, begitu juga dengan Daffa dan Gina. Melihat tumbuh kembang kedua anak nya adalah suatu hal yang mereka lakukan.     

"Kamu berangkat nya kapan kak?" tanya Daffa. Dhira yang sedang memakan nasi goreng buatan sang Buna langsung menoleh ke arah sang Baba, dan memberikan senyuman yang begitu indah.     

Liburan yang harus nya dilakukan beberapa bulan lalu tidak terjadi, hal itu karena kedua orang tua Dhira tidak menyetujui, bukan karena masalah kepergian Gaby namun, karena ingin mereka pergi setelah ujian saja supaya lebih lama dan Arsen akhir nya setuju.     

"Mungkin besok atau lusa Ba. Soal nya biasa Miss rempong masih sibuk packing," ujar Dhira. Daffa hanya tertawa mendengar ucapan yang dilontarkan oleh sang anak, "Nanti di sana kalian di awasi oleh Om Dewa dan Tante Indah kak, supaya nggak ada hal yang tidak diinginkan. Buna masih mau lihat kamu sukses, nanti jadi bawa cucu," ucap Gina. Dhira langsung memasang wajah cemberut nya, Buna nya itu selalu saja berkata demi kian dan hal itu membuat Dhira sedikit kesal, sedangkan kedua orang tua nya yang melihat reaksi Dhira hanya tertawa lepas.     

Rencana yang awal nya akan menggunakan villa milik Arsen dibagalkan, kedua orang tua Dhira, mengusulkan untuk menggunakan villa yang ada di puncak Bogor, untuk digunakan. Dan hal itu disetujui oleh semua orang, karena pemandangan Bogor sangat lah indah.     

"Aku boleh ikut, kan Bun?" tanya Arka. Sejak beberapa Minggu yang lalu Arka meminta izin dengan kedua orang tua nya namun, tetap saja belum ada kata 'setuju' dari mereka.     

Daffa dan juga Gina saling bertatapan, kedua nya tahu jika sang anak sejak awal sudah ingin selalu liburan karena liburan yang mereka rencanakan masih belum terjadi, karena bukan hanya peristiwa yang terjadi, tapi juga aktivitas Daffa yang begitu banyak membuat mereka akan sulit mengatur waktu.     

"Pasti dong, kamu juga sudah selesai ujian nya. Jadi boleh ikut," ucap Gina. Mendengar hal itu, membuat Arka begitu bahagia, akhir nya diri nya bisa berlibur bersama.     

"Jadi Buna dan Baba bisa liburan berdua di rumah, kalau nggak ada kalian," sambung Daffa. Kedua anak mereka langsung menoleh ke arah sang Baba dengan tatapan yang begitu tajam. "Jadi kita bisa produksi anak lagi buna," lanjut Daffa.     

"Baba!!!" Pekikan yang dilakukan oleh kedua nya benar benar membuat Daffa hanya bahagia, kedua anak nya itu sungguh membuat Daffa semakin menjadi menjahili mereka.     

Arka adalah orang yang paling, tidak suka dengan hal tersebut jika terjadi. Karena bagi Arka memiliki anak diusia saat ini, benar benar membuat nya malu.     

"Awas aja kalau Buna hamil lagi, Arka nggak bakalan suka. Arka marah sama Baba," ucap Arka dengan raut wajah yang sudah cemberut. Sedangkan Daffa yang melihat hal itu semakin bersemangat membuat anak nya kesal dan marah. "Loh kenapa, anak itu rezeki loh dek. Kalau Tuhan udah ngasih gimana dong?" tanya Daffa kembali.     

Mendengar hal itu semakin membuat Arka kesal, diri nya tidak akan pernah setuju dengan apa yang terjadi. Jika hal itu terjadi, karena bagi Arka cukup diri nya yang menjadi anak terakhir di keluarga ini.     

"Sudah kamu lanjutkan makan nya, nggak usah dengerin apa yang Baba kamu bicara kan." Mendengar pembelaan yang dilakukan sang Buna membuat Arka tersenyum bahagia, anak itu lalu mengeluarkan lidah nya, kepada sang Baba. Daffa hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah laku sang anak yang benar benar membuat diri nya, hanya bisa tertawa.     

***     

Siang ini tidak ada hal yang dilakukan oleh Dira gadis itu berdiam diri di dalam kamar nya sembari mencatat beberapa hal yang akan diri nya bawa menuju ke Villa. Tiba tiba notifikasi dari nomor seseorang yang dikenal oleh Dira muncul, Dira lalu mengecek handphone nya tersebut senyum di bibir wanita itu terbit ketika melihat notifikasi tersebut.     

Dira lalu membalas pesan singkat tersebut setelah dirasa tidak ada lagi yang akan dibahas oleh mereka di lalu meletakkan kembali ponsel nya, setelah selesai mencatat beberapa hal yang diperlukan Dira lalu beranjak dari tempat duduk nya dan mulai menuju ke lemari buku buku yang tersimpan beberapa hal yang ingin Dira ambil.     

Tak lupa juga Dira mengambil laptop di dalam lemari tersebut, gadis itu lalu mulai menghidupkan laptop nya.     

"Sudah lama aku nggak buka file file ini," gumam Dira.     

Dia Lalu melanjutkan semua aktivitasnya gadis itu juga membuka beberapa file yang ada di dalam laptop dan mulai memindahkan beberapa file yang masih tersimpan di handphone nya. Melihat hal tersebut tidak menjadi teringat kepada sosok seseorang yang tak lain adalah Gaby kakak nya sendiri.     

Tiga bulan bukan waktu yang yang panjang namun, Dira berusaha untuk terlihat baik baik saja, gadis itu tidak akan mungkin bertindak sejauh mungkin tanpa memikirkan bagaimana perasaan kedua orang tua nya.     

Berbeda dengan Dhira yang saat ini sedang melihat kenangan diri nya bersama dengan Gaby, Samantha lagi dan lagi membuat kedua orang tua nya kesal.     

Anak gadis Dewa itu, baru saja hampir membakar seluruh rumah, karena kelalaian nya.     

"Ya ampun, Papi saat ini bingung harus merespon seperti apa tingkah laku kamu," ucap Dewa kesal. Pria itu masih berusaha mengontrol diri nya, supaya tidak mengeluarkan nada bicara tinggi untuk sang anak, sedang Samatha hanya bisa diam tanpa berbuat apapun, malahan terkesan cuek dengan apa yang terjadi. "Aku kan nggak sengaja Pi. Orang tadi asyik nonton terus lupa," ucap nya dengan enteng.     

Saat ini rasa nya, Dewa ingin memasukkan anak nya itu kembali ke dalam rahim sang istri.     

"Papa masukin kamu ke dalam perut Mami ya, biar nggak nakal terus," ucap Dewa.     

"Nggak mau entar tiap malam papi jenguk terus, kan bikin papi enak," ucap Sam.     

Mendengar hal itu membuat Dewa melotot dengan sangat tajam. Pria itu tidak menyangka dengan jawaban yang dilakukan oleh sang anak.     

"S A M A N T H A."     

Pekik kan, yang di lakukan oleh Dewa benar benar membuat Sam langsung berlari menuju ke dalam kamar nya, gadis itu juga takut dengan apa, yang dilakukan oleh sang Papi. Sedangkan Indah hanya geleng geleng kepala suami dan anak nya, itu selalu saja seperti ini. Kedua nya akan mudah bertengkar dengan hal sepele tapi juga bakalan berbaikan lagi seperti sebelum nya.     

"Udah mas, kamu itu teriak Mulu, nanti kalau jantungan gimana," ucap Indah.     

"Kamu godain aku hah?" tanya Dewa. Pria itu menatap ke arah sang istri dengan tatapan yang begitu berbeda, bagaimana tidak saat ini istri nya tumben sekali menggunakan pakaian yang sedikit tipis, apa lagi di siang hari seperti sekarang. Indah bingung di berikan pertanyaan tersebut, "Maksud nya kamu gimana sih Mas?" tanya Indah.     

Tanpa banyak basa basi, Dewa menarik istri nya itu ke dalam pangkuan nya. "Ini berdandan dengan pakaian yang tipis, kamu mau goda aku? Ini masih siang loh sayang," ucap Dewa dengan tangan yang sudah mengusap punggung istri nya. Hal itu benar benar membuat Indah menahan napas nya, Dewa selalu bisa membuat diri nya terbuai akan apa yang dilakukan suami nya.     

Hingga kedua bibir itu menyatu, saling mencicipi satu dengan lain nya. Melumat dengan penuh sensasi yang luar biasa, sungguh kedua nya seperti tidak takut dilihat oleh sang anak ketika sedang bercumbu seperti ini, suara merdu lolos dari bibir Indah saat ini Dewa sedang berjalan menuju leher sang istri di kecup nya beberapa kali. Lalu di gigit dengan begitu pelan, meninggalkan jejak cinta.     

Indah mendorong badan sang suami, "Jangan di sini Mas. Sam, bisa melihat nya," ujar Indah. Dengan anggukkan yang begitu cepat, Dewa lalu membawa masuk sang istri ke dalam kamar tamu. Tempat yang selalu mereka jadikan tempat bercinta, Dewa dan Indah sudah pernah bercinta di seluruh tempat di ruang rumah nya. Salah satu nya di dalam kamar Sam, ketika anak nya itu sedang menginap di rumah kedua orang tua Dewa.     

"Ahhh!!"     

Mulut Dewa bermain di atas dada kembar milik sang istri, kedua nya begitu kenyal bahkan hal itu selalu menjadi mainan Dewa setiap saat, di hisap nya dengan begitu rakus seolah seorang bayi yang kelaparan, sedangkan tangan satu nya di gunakan Dewa untuk meremas. Sensasi yang luar biasa, bagi mereka. Suara merdu yang dikeluarkan oleh Indah semakin membuat Dewa terpancing.     

Hingga kedua nya sudah polos, seperti anak bayi yang baru di lahirkan. Dewa lalu membuka kedua kaki sang istri, dan mulai menyatukan milik mereka, dengan sangat pelan Dewa melakukan hal itu.     

"Pelan pelan mas," ucap Indah. Dewa yang sudah menahan diri nya, langsung menganggukan kepala, "Aku akan pelan pelan sayang, kamu selalu sempit dan bikin aahhhh enak sekali," ucap Dewa.     

Benda berukuran besar itu, sudah masuk ke dalam inti Indah dengan begitu cepat, Dewa mulai memaju mundurkan pinggul nya dan hal itu benar benar membuat desahan kedua dengan begitu indah.     

"Aahhh, ahhh, mas ini kenapa nikmat sekali," ucap Indah. Perlakuan yang dilakukan oleh suami nya benar benar membuat Indah terbuai, gadis itu memejamkan mata nya. Menikmati setiap sentuhan dan penyatuan yang dilakukan oleh sang suami.     

Tangan Dewa sudah meremas kedua bukit kembar sang istri, bibir nya sudah sudah menyatu dengan bibir Indah, lumatan demi lumatan terjadi hingga membuat sensasi kedua nya begitu maksimal.     

***     

Hari yang ditunggu akhir nya tiba di mana, semua teman teman Dhira sudah tidak sabar untuk pergi ke tempat tersebut. Semua fasilitas dan keamanan juga diberikan oleh Daffa dengan begitu maksimal.     

Beberapa anggota Daffa juga mengawasi hal itu, pria itu tidak ingin sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi.     

"Gila, Baba nya Dhira keren banget sumpah. Mana anggota nya juga bikin mata melek," ucap Diandra. Gadis itu memang tidak bisa melihat pria menganggur begitu saja, maka diri nya akan mulai bertingkat apa lagi pria nya ganteng, seperti saat ini.     

"Ya ampun Di, mata nya kalau lihat yang bening bening selalu kayak gini," ucap Ayu.     

Diandra hanya diam, dan menatap ke arah tiga orang anggota yang terlihat begitu tampan dan berwibawa, hal itu benar benar membuat semua orang pasti akan memuji mereka.     

"Masih gantengan gue juga," ucap Aris. Mendengar hal itu membuat mereka semua menoleh ke arah pria tersebut, lalu tertawa. Bukan hanya ketiga gadis itu yang bersikap seperti ini, tapi juga dengan beberapa orang lain nya.     

"Guys kita kumpul dulu," teriak Kafa. Semua teman teman Dhira yang bisa ikut sekitar delapan belas orang saja karena tujuh lain nya sudah pergi bersama dengan keluarga mereka masing masing, semu yang ikut juga sudah atas izin dari keluarga mereka.     

Keluarga teman teman Dhira langsung menyetujui ketika mengetahui siapa yang mengajak anak anak nya untuk pergi bersama dan hal itu benar benar membuat semua nya lega dan percaya.     

"Selamat pagi anak anak semua nya," ucap Daffa.     

"Pagi Om."     

"Terima kasih ya, buat waktu kalian. Om sudah meminta beberapa anggota khusus untuk mengawasi acara kalian, oh ya ini ada Om Dewa dan juga Tante Indah yang akan ikut bersama kalian, di sana nanti juga akan ada om Akbar dan Tante Sekar. Semua sudah disiapkan, kalian semangat dan selamat berlibur," ucap Daffa.     

Semua nya bersorak, Arsen dan Kafa menyebutkan random acar mereka nanti, Kafa dengan begitu detail menjelaskan banyak hal semua nya dengan sangat sigap mendengarkan tanpa ada satupun yang terlewatkan.     

"Ndah titip anak anak ya," ucap Gina.     

"Tenang kak. Kalian jadi kapan nyusulnya?" tanya Indah.     

"Sebelum kejutan pokok nya, kami nanti ke sana."     

"Kalian kenapa sih nggak mau bareng aja. Pake nyusul segala macem. Capek deh," ucap Dewa.     

"Kita baru honey moon dulu dong. Emang kalian aja yang bisa," balas Daffa.     

"Mami sama Papi Honey moon Mulu loh Pakde. Nggak pernah berhenti," ucap Sam.     

Mendengar hal itu membuat, Dewa melotot dengan tajam akibat ucapan sang anak. "Sam, kamu kok jadi musuh Papi," ucap Dewa.     

Sam mengangkat bahu nya lalu, berjalan menuju Arka sepupu nya itu. Kedua nya satu usia dan juga satu tempat sekolah hanya berbeda kelas saja, hobby sama naik motor gede. Dan hal kedua nya yang tahu hobby mereka.     

Setelah semua nya ready, satu demi satu teman teman Dhira sudah duduk di bangku yang sudah di sebutkan supaya lebih teratur. Sam dan Arka duduk di bagian depan, di belakangnya ada Dhira dan Ayu, lalu diikuti dengan Mira dan Diandra.     

Bagian belakang ada dua anggota Daffa dan satu di bagian belakang, mobil ini juga di buatkan keamanan yang luar biasa. Supir juga ada dua orang supaya lebih aman.     

"Have fun ya," ucap Daffa. Lalu turun dari dalam mobil dan tak lama mobil tersebut berjalan meninggalkan perumahan kompleks rumah Dhira.     

Sepanjang perjalanan, sesuai dengan apa yang di acarakan mereka semua mulai bermain games yang bisa membuat rasa bosan sedikit hilang.     

"Ayo Om Dewa ikutan, berhenti dulu ngebucin sama Tante Indah," ucap Arka. Dewa hanya bisa menghela napas nya panjang, keponakan nya itu benar benar sama seperti Sam.     

Para laki laki yang diketuai oleh Dewa mulai bermain Games dan hal itu membuat semua nya ikut berpartisipasi. Suasana mobil ini, begitu hangat tidak banyak hal yang terjadi setelah nya mereka beristirahat bersama.     

***     

Perjalanan menuju puncak, sedikit macet membuat perjalanan lebih panjang. Tidak seperti biasa nya, apalagi mereka juga banyak mampir ke toilet dan pom bensin, liburan kali ini bener bener membuat mereka semua bahagia, terlebih ketiga teman Dhira.     

"Gue mau deh di biayain Om Daffa tiap tahun gini terus," ucap Sari. Salah satu teman kelas Dhira yang terkenal sangat sulit untuk di ajak pergi. Namun, ketika Dhira yang mengajaknya gadis itu langsung semangat. " Ya lo yang enak, keluarga Dhira yang buntung," sambung Aris. Semuanya tertawa dengan hal itu, Aris selalu saja membuat para wanita di sekolah kesal dengan tingkah laku nya yang selalu luar biasa.     

Arsen sejak tadi menatap ke arah Gina yang sudah tersenyum dengan begitu lebar, acara kali ini benar benar luar biasa bagi diri nya. Liburan bersama dengan gadis yang begitu diri nya cintai. Ada hal khusus kenapa hari ini terjadi, karena hal itu juga hampir saja Arsen melupakan nya.     

***     

Pukul 17.00 sore, mereka sudah sampai di depan villa milik Daffa. Saat turun, semua nya berdecak dengan sangat kagum. Sungguh keluarga Dhira benar benar luar biasa, villa ini terlihat dari luar begitu sederhana tapi ketika mereka masuk sungguh begitu mewah.     

Bentuk nya sudah seperti kamar hotel yang begitu mewah.     

"Sebelah kiri kamar para laki laki, dan sebelah kanan perempuan. Ingat jangan berbuat macam macam, Om akan nikah kan kalian kalau ada yang berbuat yang aneh," ucap Akbar.     

"Mau dong Om dinikahi sama Diandra," ucap Aris.     

Semua orang langsung bersorak berbeda dengan Diandra yang memukul kepala Aris dengan tas nya, laki laki memang selalu bertingkah aneh dan hal itu sering membuat Diandra kesal.     

"Kalian istirahat dulu ya, nanti malam kita bisa makan bersama," lanjut Sekar. Mereka semua lalu meninggalkan tempat tersebut, Dhira langsung memeluk Tante nya itu.     

"Kangen," ucap Dhira manja.     

"Tante juga kangen banget sama kamu sayang," balas Sekar.     

"Ayo duduk dulu di belakang, tadi Tante udah bikini kalian sirup," ucap Sekar. Lalu mengajak kedua keponakan nya itu, Arka langsung saja karena anak itu memang sudah sangat lelah dan ingin merebahkan dirinl nya.     

Pukul 19.00 semua nya sudah berkumpul di ruang makan, ada tiga meja dengan menu yang sama sungguh pelayanan yang diberikan oleh Daffa dan juga Gina benar benar luar biasa.     

"Gue seperti lagi liburan di hotel bintang lima, gila si ini."     

Satu demi satu para teman teman Dhira mulai memakan makan malam mereka, Dhira yang ingin bergabung dengan teman teman nya di tolak. Mereka tidak masalah jika Dhira ingin bersama dengan om dan tante nya apa lagi sudah lama tidak berjumpa. Hingga akhir nya Dhira duduk bersama dengan mereka.     

"Ini kamu harus makan yang banyak, Tante nggak mau nanti baba kamu yang super duper cerewet itu mulai menelpon dan bertanya apa kah anak nya makan yang begizi apa nggak," ucap Sekar.     

"Bang Daffa emang lebai sih, dari dulu. Sejak Dhira di kandungan nggak sih, dia udah overprotektif banget Ra. Om aja hanya bisa geleng geleng kepala," ujar Dewa.     

"Kalian ingat nggak pas bang Daffa, harus tugas luar. Duh posesif nya gimana. Baba kamu itu, emang paling bisa untuk mengintimidasi seseorang dan Om Dewa kamu yang selalu jadi sasaran nya. Apa lagi pas Buna kamu jaga malam di rumah sakit, sudah jangan harap kami nggak di teror," lanjut Akbar.     

Dhira dengan senyum nya mendengarkan setiap ucapan yang dilontarkan oleh para sahabat dan keluarga dari sang Buna. Dhira juga tidak menyangka jika Om Akbar dan Tante Sekar awal nya tidak direstui hingga om Akbar lulus dan bisa menunjukkan keberhasilan nya.     

Setelah selesai makan malam, beberapa orang masuk ke dalam kamar nya, sedang kan Dhira masih berada di sana. Halaman belakang terlihat sangat luas, ada kolam yang begitu panjang. Dhira bahkan baru pertama kali datang ke tempat ini, yang menjadi tempat spesial yang dibuatkan oleh sang Baba untuk hadiah Buna nya.     

Sungguh kisah cinta Daffa dan Gina memang luar biasa, bahkan Dhira dan Arka baru tahu jika kedua orang tua nya itu adalah hasil perjodohan, perjodohan yang berhasil menurut mereka semua, karena bisa melewati banyak hal bahkan ujian cinta yang sering datang silih berganti.     

"Aku duduk di sini boleh nggak?" tanya Arsen. Dhira lalu menganggukkan kepala nya, kedua nya lalu duduk dan sama sama diam. Tidak ada ucapan yang di lontarkan sedikit pun oleh kedua nya. Malam ini bintang di langit begitu indah, banyak begitu bersinar.     

"Lihat semua bintang tersenyum ke arah kamu," ucap Arsen.     

"Kamu aneh, masa bintang tersenyum ke arah aku. Kenapa gitu?" tanya Dhira.     

"Lihat malam ini, semua nya bersinar di sana. Mereka begitu bahagia melihat senyuman yang kamu berikan, sehingga mereka semua bersinar dengan sangat cerah."     

Mendengar ungkapan itu membuat Dhira tertawa, "Kamu itu bisa aja."     

Kedua nya saling bercanda satu dengan lain nya, hal seperti ini begitu dirindukan oleh Arsen, dulu ketika mereka mulai dekat saat menjadi siswa baru dan harus ikut camping Pramuka. Di saat itu lah kedua nya mulai sering berbicara bersama, bahka akhir nya dekat.     

Meskipun sempat kedua nya menjauh karena suatu hal namun, akhir nya Arsen bisa kembali dekat dengan Dhira tanpa gadis itu menjauh lagi dari diri nya.     

"Kamu lebih suka bulan, bintang atau matahari?" tanya Arsen.     

Dhira tersenyum lalu, menjawab pertanyaan Arsen dengan gelengan kepala, melihat hal itu membuat Arsen bingung.     

"Kenapa apa kamu tidak menyukai mereka semua?" tanya Arsen lagi.     

Dhira kembali tersenyum, "Bukan seperti itu, aku suka dengan Matahari karena dengan diri nya terbit bisa membuat semua bahagia, begitu juga Bintang dan Bulan yang menjadi benda langit yang begitu indah. Namun, hal yang paling aku suka adalah Senja. Dia memang sebentar tapi keindahannya membuat sebuah kesejukan di dalam diri, jika aku disuruh memilih, aku lebih menyukai senja."     

"Tapi dia hanya sebentar," ucap Arsen.     

"Iya senja hanya terlihat sebentar, tapi dia adalah penampakan yang begitu indah, dia akan dengan rela bersembunyi saat malam dan pagi demi bisa membuat bumi bersinar."     

Ketuanya berlanjut mengobrolkan banyak hal tentang apa saja, hingga tak lama tante Sekar memanggil Dhira untuk beristirahat. Dhira dan arsen lalu masuk ke dalam mereka masing-masing senyum kebahagiaan tidak pernah luntur di wajah keduanya.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.